Purbo Kuncoro

Namaku Purbo Kuncoro. Saya lahir di Pekalongan pada tanggal 26 April tahun 1960. Ayah saya bernama Sijam Sami Adji dan ibu saya bernama Sudijanti....

Selengkapnya
Navigasi Web

Ilmu yang saya peroleh

Hari ke 60

Ilmu yang saya peroleh

Selama 11 tahun (mestinya sampai 12 tahun/tiga periode) menjadi kepala sekolah, saya telah mendapat beberapa ilmu dari pejabat Dinas yaitu dari Kadinas, Sekdin, dan Kabid. Ilmu dalam memimpin sebuah sekolah.

Pertama. Kebersihan.

Pada suatu periode seorang Kepala Dinas Pendidikan sebagai atasan saya mengatakan bahwa: Saya akan datang ke sekolah anda satu per satu yang mengajukan bantuan. Jika saya datang dan mau duduk di ruang tamu Kepala Sekolah, maka saya nilai sekolah itu bersih dan layak diberi bantuan. Ucapan beliau saya sampaikan pada ibu bapak guru dan TU terutama staf tukang kebun.

Suatu hari beliau datang bersama Kabid Sarpras meninjau sekolah kami, SMPN 3 Tersono. Pada tahun 2010:saya mengajukan rehabilitasi laboratorium IPA yang sudah memprihatinkan. Beliau berdua keliling sekolah. Saya kawal di belakangnya sambil saya ceritakan tentang kondisi sarpras SMPN 3 Tersono. Terakhir beliau meninjau ruang lab IPA. Kemudian naik ke atas, ke ruang tamu, mengisi buku tamu dan duduk sebentar. Dari hal ini saya yakin rehabilitasi ruang laboratorium IPA akan disetujui karena beliau mau duduk di ruang tamu meskipun sebentar.

Akhirnya beberapa bulan kemudian ketika bapak Kabid Sarpras mengumumkan daftar sekolah yang mendapat bantuan, nama SMPN 3 Tersono muncul yaitu mendapat rehabilitasi ruang laboratorium IPA dari blockgrand. Rehabilitasi itu dikerjakan secara swadaya. Saya senang sekali karena dengan sistem swadaya ini bisa meluas ke hal lain. Tahun sebelumnya (20O9) sekolah saya mendapat rehabilitasi ruang kelas, tapi dikerjakan cv. Terima jadi.

Begitu mendapat bantuan itu segera saya bentuk Panitia Pembangunan. Dari dana itu saya minta panitia untuk membangun talud tebing sebelah selatan lab dekat wc guru dan TU serta sebelah Utara lab. Rencana setelah sebelah selatan ditebing, rencana saya bangun koperasi siswa dan dapur. Kemudian wc TU saya buat pintu dari dalam TU biar wc guru dan TU tidak digunakan anak laki-laki.

Kata kunci kebersihan itu sebagai pedoman bagi langkah saya untuk mengelola sekolah. Kepala sekolah harus membuat sekolah senantiasa bersih.

Kedua, break down.

Kata ini dilontarkan oleh kepala bidang Sarpras waktu itu. Kata ini berarti setiap ada program langsung disampaikan ke sekolah. Kata break down ini saya gunakan untuk pengelolaan sekolah. Setiap saya mendapat informasi dari pejabat langsung saya sampaikan pada ibu bapak guru dan TU. Dengan demikian guru dan staf mendapat informasi dari sumber utama, biar tidak simpang siur atau mendapat informasi dari luar sekolah.

Ketiga, Cerdas.

Kata cerdas disampaikan oleh sekretaris dinas (Sekdin) Pendidikan pada suatu periode. Bapak Sekdin yang pada waktu itu sebagai manajer pengelolaan dana BOS tingkat kabupaten menyampaikan Pembinaan.

"Sebagai kepala sekolah itu harus cerdas. Cerdas dalam membaca dan memahami juknis BOS. Jangan melakukan kegiatan yang tidak terdapat dalam juknis. Demikian juga kalau membuat SPJ jangan saklek, misal iuran tujuh belasan tingkat kecamatan. Ini tidak ada dalam juknis, SPJ jangan ditulis seperti itu. Tapi tulis kegiatan upacara untuk transport siswa. Jadi kepala sekolah itu yang cerdas."

Kata cerdas ini saya gunakan dalam pengelolaan keuangan sekolah terutama pada standar pembiayaan dan kegiatan yang lain.

Keempat, Prestasi dan Dedikasi.

Dua kata ini saya dapatkan dari bapak Kabid Dikdasmen waktu itu. Kata tersebut beliau sampaikan pada suatu rakor Kepala Sekolah.

"Bahwa mutasi dan promosi Kepala Sekolah yang dilakukan Dinas Pendidikan itu berdasarkan prestasi dan dedikasi, bukan berdasar pada like and dislike."

Kata ini saya jadikan pegangan bagi saya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi pada waktu itu saya sebagai kepala sekolah baru. Oleh karena itu saya berusaha untuk selalu memotivasi guru dan TU serta siswa agar bekerja dengan sebaik-baiknya. Saya lontarkan slogan pada siswa dimana saja tempat saya bertugas.

" SMP negeri 3 Tersono, majuuu."

" SMPN 2 Gringsing, sukseeesss."

" SMP 3 Bawang, hebaatt."

Saya berusaha agar sekolah yang saya pimpin menunjukkan prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Saya harus berprestasi bukan bermaksud agar saya dimutasi ke sekolah yang besar atau yang baik. Kata prestasi ini sebagai ukuran kinerja saya. Bahwa saya bisa berprestasi seperti Kepala Sekolah yang lain.

Saya mengartikan dedikasi adalah ketaatan kepada tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang selaku kepala sekolah. Jadi tupoksi Kepala Sekolah saya laksanakan sebaik dan sebisa mungkin saya lakukan. Tidak nyambi tugas lain. Totalitas hanya kepala sekolah. Sikap inipun kadang masih salah dan ada kekurangan.

Kata prestasi dan dedikasi ini menjadikan saya lebih memahami sebuah kebijakan.

Kelima, Ndolor.

Kata ini saya dapatkan dari Bu Kabid PTK. Kebetulan bidang PTK dijabat oleh seorang ibu.

Ndolor dari bahasa Jawa. Dalam dialek Batang ndolor mengandung arti mengetahui, mengerti, memahami aturan serta melaksanakan tugas kewajibannya sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat dan negara. Misal seorang guru menasihati seorang siswa karena tidak pernah mengerjakan PR, ia akan mengatakan : lha, bocah dinasihati ora ndolor. Anak dinasehati tidak mengerti dan paham.

Kalau diterapkan pada guru, apalagi Kepala Sekolah, itu berarti guru atau kepala sekolah tersebut mengerti dan memahami tupoksinya. Guru atau kepala sekolah sering keluar sekolah tetapi tidak dalam menjalankan tugas kedinasan. Datang pagi, finger print atau tanda tangan kehadiran, sebentar di sekolah, lalu keluar cari obyekan, kemudian siang saat pulang di sekolah lagi untuk tanda tangan kepulangan. Hal itu dilakukan seringkali sampai diperingatkan, akan tetapi tidak mengindahkan peringatan. Itu yang disebut tidak ndolor.

Alhamdulillah saya termasuk Kepala Sekolah dalam kategori ndolor. Tahu aturan dan tupoksinya sebagai kepala sekolah.

Demikian saya dalam menjalankan tugas kedinasan sebagai kepala sekolah berdasarkan lima ilmu yang saya peroleh dari pejabat Dinas. Peraturan perundangan banyak sekali bagi sekolah, dan atau kepala sekolah. Namun inti manajerial yang saya jalankan lima jurus yaitu menjaga kebersihan sekolah, break down (membagi tugas), cerdas, prestasi dan dedikasi serta ndolor.

Para pejabat itu bagaikan guru silat di padepokan atau pertapaan. Apa yang diwejangkan/disampaikan adalah ilmu. Ilmu mengelola pendidikan. Terima kasih bapak ibu pejabat. Saya mohon maaf apabila belum sempurna dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah selama 11 tahun.

Limpung, 5 April 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post