Purbo Kuncoro

Namaku Purbo Kuncoro. Saya lahir di Pekalongan pada tanggal 26 April tahun 1960. Ayah saya bernama Sijam Sami Adji dan ibu saya bernama Sudijanti....

Selengkapnya
Navigasi Web

Menerapkan sistem SMP Terbuka

Hari ke 61

Menerapkan sistem SMP Terbuka

Semula sistem pembelajaran di SMP Terbuka (SMPT) dipandang sebelah mata. Masyarakat beranggapan SMPT sama dengan paket B, artinya belajar beberapa bulan langsung ujian, memperoleh ijazah. Persepsi itu timbul karena dulu paket B untuk anak yang tidak lulus EBTANAS atau yang DO di kelas IX. Di kalangan guru sendiri, ada beberapa orang yang beranggapan siswa SMPT tidak usah masuk sekolah sudah bisa dapat ijazah.

Saya pernah menjadi kepala sekolah yang diinduki SMPT yaitu ketika bertugas di SMPN 2 Gringsing. Sebelumnya saya tidak tahu bagaimana pembelajaran di SMPT itu. Baru setelah bertugas di SMPN 2 Gringsing, saya membaca buku petunjuk pengelolaan SMPT, saya baru mengerti dan memahami sistem pembelajaran untuk siswa SMP Terbuka.

SMPT tidak sama dengan Paket B tetapi sama persis dengan SMP reguler baik negeri maupun swasta. SMPT merupakan SMP negeri dengan sistem pembelajaran mandiri. Kurikulum SMPT adalah kurikulum yang dipakai oleh SMP negeri, sebagai sekolah induk. Oleh karena itu jumlah mata pelajaran SMPT sama dengan sekolah induknya yaitu 11 mapel. Raport dan ijazah yang bertanda tangan Kepala SMPN yang menjadi induknya.

Perbedaan antara SMPT dengan SMP reguler terletak pada sistem pembelajaran yang dilaksanakan. Di SMP reguler kegiatan pembelajaran dilaksanakan pagi hari dan siswa masuk setiap hari untuk mengikuti kegiatan tatap muka di kelas. Sedangkan kegiatan pembelajaran SMPT dilaksanakan secara mandiri. Artinya siswa belajar sendiri dengan mendapatkan modul pembelajaran semua mapel. Modul itu dipelajari sendiri dengan bimbingan tutor di sanggar kegiatan belajar (SKB) yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Tutor adalah orang yang ditunjuk oleh sekolah induk untuk membimbing siswa SMPT, bisa guru SD negeri asal siswa atau orang lain yang memiliki kemampuan mengajar atau pembimbingan. Kegiatan pembimbingan disepakati antara siswa dan tutor. SKB terletak di SD negeri yang terdekat dengan siswa atau tempat asal siswa sekolah di SD. SKB membawahi beberapa desa yang saling berdekatan, mudah dijangkau siswa. Kemudian dalam seminggu ada kegiatan tatap muka dengan guru mapel di sekolah induk.

Ada beberapa pola tatap muka yang dilaksanakan sekolah induk yaitu :

1. Pola 2-2, artinya tatap muka di sekolah induk dan SKB masing-masing dua hari dalam seminggu.

2. Pola 2-4, artinya tatap muka di sekolah induk 2 hari, dan di SKB tatap muka 4 hari.

3. Pola 3-3 artinya tatap muka di sekolah induk dan SKB masing-masing tiga hari.

Siswa SMPT tidak diwajibkan masuk setiap hari melaksanakan tatap muka di sekolah induk. Kalau dipaksa masuk pagi sama seperti siswa di sekolah induk itu berarti menyalahi prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan SMPT.

SMPT merupakan upaya pemerintah untuk memperluas layanan pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia dengan kondisi tertentu. Prinsip dasar pendidikan di SMPT antara lain:

1. Diperuntukkan siswa yang tinggal di daerah sulit dijangkau oleh SMP reguler, misal di pedalaman, di daerah/pulau terpencil dan di perbatasan negara.

2. Diperuntukkan siswa yang membantu orang tua mencari nafkah, sehingga tidak bisa masuk sekolah setiap hari.

3. Tidak ada akses jalan menuju sekolah reguler yang mudah dilalui oleh siswa.

4. Melayani siswa yang lemah secara akademik dan malas untuk sekolah setiap hari serta yang do dari sekolah reguler.

Siswa yang belajar di SMPT tidak ketat mengikuti tata tertib sekolah induk. Siswa tidak usah berseragam layaknya siswa reguler. Cukup berpakaian yang sopan dan boleh memakai sandal jepit. Siswa disediakan pakaian seragam lengkap dan bersepatu hanya pada saat ujian nasional/EBTANAS (sistem lama). Setiap tatap muka di sekolah induk mendapat uang ganti transport atau untuk ganti membeli bensin bagi yang membawa sepeda motor.

Jika pada saat ulangan/penilaian tengah semester, akhir semester dan kenaikan kelas, tidak bisa hadir, maka soal diantarkan untuk dikerjakan di rumah. Lembar jawaban diserahkan seminggu sebelum penerimaan raport. Sedangkan untuk penilaian harian menggunakan tugas di modul/buku paket yang diserahkan setiap Minggu atau sebulan sekali ketika tatap muka di sekolah induk.

Kondisi sekarang karena wabah virus Corona, Pemerintah memutuskan siswa belajar di rumah untuk jangka waktu tertentu, sesungguhnya keputusan itu menerapkan sistem pembelajaran di SMP Terbuka. Guru memberi tugas sesuai topik/ pokok bahasan pada materi pelajaran masing-masing mapel. Kemudian siswa menyerahkan hasil tugas kepada guru mapel dengan hp android atau lembar tugas setiap hari. Selanjutnya guru menilai hasil pekerjaan siswa untuk dimasukkan ke dalam buku daftar nilai. Kondisi sekarang siswa lebih diuntungkan karena ujian nasional dan ujian sekolah dibatalkan/ditiadakan. Demikian pula siswa yang belajar di SMP Terbuka, lebih beruntung.

Belajar di rumah atau Merdeka belajar sesungguhnya menerapkan sistem SMP Terbuka yang sudah lama dilaksanakan sejak Pemerintah membuka layanan pendidikan SMPT, kira-kira sejak tahun 1990an.

Limpung, 6 April 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post